Jerman tak diragukan adalah salah satu tim terbaik di Piala Dunia kali ini.
Ketika mereka menang 4-0 atas Australia di penyisihan grup, para pemerhati sepak bola mengatakan ini mungkin kebetulan. Juga karena Australia bermain sangat buruk.
Namun ketika empat gol mereka sarangkan ke gawang Inggris dan Argentina, orang kemudian menyadari Jerman memang hebat dan layak menjadi favorit juara. Bahkan beberapa kalangan menilai peluang Jerman menjuarai Piala Dunia lebih besar dibandingkan Belanda dan Spanyol.
Tidak mengherankan bila Jerman lebih diunggulkan dalam laga melawan spanyol di babak empat besar.
Namun di semifinal Tim Panser - julukan untuk Jerman - mati kutu. Tidak ada lagi serangan balik yang mematikan. Tidak ada lagi bola-bola maut yang berawal dari tendangan bebas (set-pieces).
Lemahnya Jerman kali ini tak lepas dari tipe lawan yang mereka hadapi.
Di babak 16 besar dan perempat final, Jerman menghadapi dua tim (Inggris dan Argentina) yang begitu mengakomodasi gaya permainan mereka. Formasi 4-2-3-1 yang dipasang pelatih Joachim Low tak ubahnya seperti mesin perang yang efektif melibas pasukan musuh.
Formasi ini menghasilkan total delapan gol karena lawan selalu melakukan dua kesalahan : terlalu sering kehilangan bola dan terlalu banyak mengirim pemain ke pertahanan lawan.
Kesalahan pertama dilakukan oleh Inggris sementara kesalahan kedua dilakukan oleh anak-anak asuhan Diego Maradona. Dua kesalahan ini tidak dilakukan oleh Spanyol.
Jerman juga tidak leluasa melakukan serangan balik karena mereka sibuk mempertahankan diri dari gempuran Spanyol sejak menit pertama.
Kenyataan bahwa Jerman tak bisa menyarangkan gol di menit-menit awal juga membuat mereka sulit untuk menerapkan taktik secara maksimal.
Serangan balik praktis menjadi tidak efektif. Bagaimana dengan gol dari tendangan bebas? Senjata ini juga tidak bisa dipakai karena pertandingan semifinal berjalan relatif bersih, sehingga tak banyak tendangan bebas yang bisa dimanfaatkan Jerman.
Tadinya Jerman berharap akan ada banyak peluang dari set-pieces ini antara lain karena dari sisi postur, empat dari lima pemain terjangkung di lapangan dimiliki oleh Jerman.
Situasi ini benar-benar membuat Jerman miskin kreativitas.
Mesut Ozil yang begitu digdaya tak bisa mengobrak-abrik Spanyol. Apakah pemain keturunan Turki ini tampil buruk? Sebenarnya tidak.
Yang terjadi adalah, Ozil tak mendapatkan banyak ruang karena ia harus melewati dua pemain tengah bertipe bertahan, Xabi Alonso dan Sergio Busquets.
Di dua laga sebelumnya, tugas Ozil relatif jauh lebih ringan karena dia hanya melewati satu pemain tengah, Gareth Berry (Inggris) dan Javier Mascherano (Argentina).
Dengan situasi seperti ini, Jerman praktis telah mengubur ambisi mereka untuk
Dengan situasi seperti ini, Jerman praktis telah mengubur ambisi mereka untuk menjuarai Piala Dunia
detik.com
Kamis, 08 Juli 2010
Kunci kemenangan Spanyol atas Jerman
Label: Sepakbola
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar